Assalamualaikum.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Namun pada kenyataannya, pendidikan di negara kita masih jauh dari harapan, baik itu harapan orang tua atau pun guru. Maka sangatlah penting jika guru menerapkan "4 Pilar Pendidikan Untuk Mencerdaskan Bangsa"
Santer di media masa menanyangkan beberapa peristiwa yang tejadi pada dunia pendidikan, terjadinya tawuran antar pelajar, masalah narkoba, bahkan pelecehan seksual. Dan yang paling mengejutkan ketika salah satu sekolah mengadakan "Perploncoan" yang berakhir dengan tewasnya anak didik. Namun berbagai upaya telah dilakukan oleh dinas terkait, tapi lagi-lagi terjadi kasus yang sama.
Slogan "Pendidikan Untuk mencerdaskan Bangsa" terlalu sering didengungkan, namun alangkah bijak kita semua para orang tua dan guru didik harus mempunyai misi di dalam mencetak generasi bangsa.
1. Pendidikan Amanah.
“Sesungguhnya, telah Kami kemukakan amanat kepada langit, bumi ,dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu, khawatir akan mengkhianatinya. Dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh” (QS. Al Ahzab: 72)
Melalui ayat di atas, tampaklah bahwa Amanah -berupa ketaatan dan kejujuran- adalah sesuatu yang Allah Subhaanahu wa ta’ala bebankan kepada manusia. Namun manusia menganggapnya sebagai suatu perkara yang sepele. Oleh karena itu Allah Subhaanahu wa ta’ala mencap manusia -karena sifatnya itu- dzalim dan bodoh.
Sesungguhnya Amanah dan sifat-sifat yang menyertainya, seperti jujur, menepati janji, dan tidak khianat merupakan dasar dari segala bentuk tanggungjawab pada setiap pribadi -sebagai apapun dia-.
Oleh karena itu, segala upaya dan sarana yang dapat menumbuhkan sifat amanah harus diciptakan. Pendidikan sejak dini harus diarahkan untuk menumbuhkan sifat amanah. Dan segala sarana yang dapat menghantarkan kepada sifat-sifat bohong, khianat, dan mungkir harus dihilangkan dari segala media pendidikan.
Tentu kita semua telah melihat bagaimana jadinya kecerdasan tanpa dilandasi sifat amanah. Sia-sialah jika kita masih mengira bahwa dongeng dan sandiwara dapat menjadi inspirasi dan motivator untuk menumbuhkan sifat jujur. Sebab, kemuliaan tak mungkin diwujudkan dari kehinaan. Kejujuran tak mungkin dibangun dari kedustaan serta kepalsuan, dan Al Haq tidaklah membutuhkan topangan dari kebathilan.
2. Pendidikan Sopan-Santun dan Lemah-Lembut.
Sopan-santun serta lemah-lembut merupakan sifat-sifat mulia yang dapat menimbulkan rasa tenang dan hangat di dalam pergaulan bermasyarakat. Ini merupakan di antara sifat-sifat yang disukai Allah Subhaanahu wa ta’ala. Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Aisyah: “Ya, Aisyah. Sesungguhnya Allah Subhaanahu wa ta’ala bersifat Lemah-Lembut, menyukai kelemahlembutan.” (Muttafaqun Alaih)
Di lain waktu Beliau berkata kepada seorang sahabatnya: “Sesungguhnya pada dirimu ada dua sifat yang dicintai Allah Subhaanahu wa ta’ala. Santun dan murah hati.” (HR. Imam Muslim)
Dengan demikian sarana dan metode apa saja yang dapat menumbuhkan sifat mulia ini harus ditempuh. Pendidikan sejak dini harus diarahkan untuk menumbuhkan sifat-sifat sopan-santun dan lemah-lembut. Dan apa saja yang dapat menumbuhkan sifat-sifat sebaliknya, seperti kurang-ajar, tak tahu malu, dan beringas harus dihilangkan dari segala media pendidikan dan pemandangan kita sehari-hari. Tentu kita semua telah melihat bagaimana jadinya kecerdasan tanpa dilandasi sifat sopan-santun dan lemah-lembut.
3. Pendidikan Rajin.
Rajin merupakan satu sifat yang sangat dipuji dalam Islam. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam di dalam berbagai ungkapan menjelaskan keutamaan sifat rajin. Di antara lain ucapannya Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah: “Sungguh, seseorang mencari seikat kayu dan memikul sendiri di atas punggungnya lebih baik dari pada ia meminta-minta kepada orang lain, diberi atau ditolak” (Muttafaqun Alaih).
“Tangan di atas lebih baik dari pada tangan yang di bawah.....” (Muttafaqun Alaih)
“Sesungguhnya Daud ‘alaihi sallam makan dari hasil karya tangannya” (HR. Imam Bukhari)
Berbagai ungkapan di atas -dan masih banyak lagi- menunjukkan betapa sifat rajin sangat ditekankan di dalam Islam. Maka hendaknya segala sarana dan metode yang dapat menumbuhkan sifat rajin pada negri ini harus diupayakan. Sebaliknya, segala sarana dan metode yang menumbuhkan sifat malas pada negri ini harus ditiadakan. Segala macam bentuk kamuflase dari kemalasan, mengamen misalnya, juga harus dihilangkan. Sejak dini anak harus dibentuk oleh kurikulum yang memacu sifat rajin. Tentu kita semua tahu, apa jadinya kecerdasan yang dibarengi dengan sifat malas, ..licik.
4. Pendidikan Kuat Dan Sabar.
Islam memuji sifat kuat dan mengaitkannya dengan sabar. Kuat, sabar, atau tabah merupakan modal di dalam mengarungi kehidupan -yang memerlukan perjuangan dan penuh dengan cobaan-. Perhatikan bagaimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan beberapa kalimat kepada Ibnu Abbas, ketika usianya belum mencapai sepuluh tahun: “....Ketahuilah. Bahwa seandainya seluruh manusia bersatu ingin memberikan manfaat kepadamu, mereka tak akan mampu melakukannya lebih dari yang telah Allah tetapkan bagimu. Dan seandainya mereka bersatu ingin mencelakakanmu, mereka tak akan mampu melakukannya lebih dari yang telah Allah tetapkan atasmu....” (HR. At-Tirmidzi dari Ibnu Abbas)
“...Ketahuilah. Bahwa pertolongan Allah datang melalui kesabaran, bersama perjuangan ada pengorbanan, dan bersama kesulitan ada kemudahan...”
Apa yang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam ucapkan kepada Ibnu Abbas menunjukkan bahwa perkara kuat dan sabar sudah harus mulai diajarkan maknanya dan ditanamkan kepada anak sedini mungkin. Maka, sarana dan metode apa saja yang dapat melahirkan serta menumbuhkan kepribadian yang kuat dan sabar harus diciptakan.
Sebaliknya, segala sarana dan metode yang akan membentuk keperibadian cengeng, lemah, mudah patah semangat, mudah marah, dan mudah putus asa harus dihilangkan dari media pendidikan kita. Jangan biarkan negri ini mengkonsumsi hal-hal yang melemahkan jiwanya, berupa lagu-lagu cengeng dan film-film picisan. Sama dapat kita bayangkan, mungkinkah ada kecerdasan tanpa dibarengi kuat dan sabar?
Dengan pilar-pilar Amanah, Santun, Rajin, dan Kuat inilah kita meraih Kecerdasan. Kecerdasan yang bertanggung jawab, manusiawi, disyukuri, dan tahan uji. Maka salah besar jika keempat misi dasar pendidikan di atas hanya dibebankan kepada lembaga-lembaga pendidikan regular -sekolah atau pondok pesantren-, karena lembaga-lembaga ini terlalu kecil, terlalu singkat, dan terlalu lemah untuk menghadapi dunia.
Apa jadinya sebuah pribadi yang tidak memiliki sifat amanah, tidak santun, malas, dan lemah (cengeng)? Lantas bagaimana pula kalau itu sebuah bangsa?
Sungguh, ini adalah sebuah kerja berat dan kita tak boleh berputus asa serta merasa pesimis untuk merubah cara pandang kita dan masyarakat tentang pendidikan. Nabi kita telah mengajarkan kita:
“Bersemangatlah kalian kepada apa-apa yang bermanfaat bagi kalian. Mohonlah pertolongan kepada Allah untuk itu dan jangan pesimis dan merasa lemah” (HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah).
Itulah sekelumit tentang cara pandang kita dalam memahami "4 Pilar Pendidikan Untuk Mencerdaskan Bangsa". Mudah-mudahan tulisan ini akan membantu kita dalam mendidik para siswa agar selalu mengedepankan akhlak didalam kehidupan sehari-harinya. Aamiiin
Berbagai Sumber
No comments:
Post a Comment