Friday, February 1, 2013

PANGKAT KOPRAL GAJI JENDRAL

Bismillahirrahmanirrahim.

Tidak bisa saya pungkiri dalam awal-awal bulan pertama bekerja mencari "duit" adalah hal yang sangat menyenangkan. Bagaimana tidak...jika selama ini saya ketergantungan kepada orang tua untuk beli kebutuhan saya sehari-hari, tapi sekarang tidak lagi setelah saya mendapatkan pekerjaan. Emang sih...masih ada beberapa kebutuhan yang "masih" mengandalkan orang tua, kalau semua kebutuhan belanja pakai uang saya pasti tidak cukup untuk membeli semua kebutuhan tersebut. Maklum "upah" saya sangat sedikit sekali, tapi saya merasakan senang luar biasa dan sangat beryukur kepada Tuhan.

Di dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari, saya termasuk banyak "nganggur" nya ketimbang kerja. Kebosanan mulai timbul jika tidak ada pekerjaan yang saya lakukan, bahkan sering kali merasakan ngantuk yang tidak bisa ditahan. Akhirnya saya iseng-iseng "ngintip" "Blog saya" dan browsing sekedar membaca tutorial tentang blogging. Tapi jika ada Pak Bos masuk ruangan cepet-cepet saya close. hehehe.... Saya sangat 'sungkan" kepada Pak Bos karena beliaulah yang menawarkan pekerjaan yang saya tekuni beberapa bulan ini. 

Hari demi hari saya lewati tanpa ada masalah dalam kehidupan dan pekerjaan, semua wajar-wajar saja dan bisa dibilang sangat lancar. Namun beberapa hari ini saya mulai gelisah dengan hasil dari pekerjaan saya yaitu "Upah". Bukannya saya menuntut minta upah yang besar, tetapi rasanya ndak pantes kalau saya mendapatkan upah "segitu". Mungkin banyak yang setuju dengan kalimat ini : PANGKAT KOPRAL GAJI JENDRAL. Setuju kan ? heheheh 

Gini lho .... saya bingung dengan "upah" yang saya terima setiap awal bulannya, bukannya upahnya kurang loh..? Saya kan mendapatkan upah 100 persen, jika ada potongan koperasi itu kan hasil dari perbuatan saya sendiri karena saya "nge BON". Coba jika saya ndak Nge BON kan saya menerima upah 100 persen. Jadi intinya : 100% Gaji yang saya terima di setiap awal bulan.

Lalu selama saya bekerja dalam 1 hari kan ndak 100 persen, lah wong banyak nganggurnya. Toh meski sesibuk-sibuknya ndak bakalan bisa kerja 100 persen. Bener tho? Apa lagi kalau pas Pak Bos rapat di luar kota, bisa-bisa anak buahnya "keluyuran", ada yang tiduran di mushalla, dan ada yang "Ngerumpi" heheheh. Oke lah... jika saya "paksa" setiap hari kerja..kerja..kerja pasti tidak akan sanggup 100 persen, pasti di hari-hari berikutnya nyantai dan nyantai lagi. Jadi intinya : dalam 1 bulan penuh saya hanya sanggup melaksanakan pekerjaan 75%, dan itu udah dalam kategori "Pegawai Teladan"

Kurang lebih rinciannya sebagai berikut : 
1. Saya menerima upah sebulan  = 100 %
2. Saya bekerja sebulan                =  75  %

Jadi ada selisih kelebihan gaji 25 % yang saya terima.

Pertanyaan saya : 
1. Upah yang 25 % dari mana yach? 
2. Apakah pantas saya menerima yang 25 % itu ?
3. Apakah bisa di kategorikan "halal" yang 25 % itu ?

Nah renungan saya seperti itu, jujur akhir-akhir ini saya bingung menghadapi permasalahan ini. Makanya saya posting disini, "mungkin" ada kawan-kawan yang bisa memberikan pencerahan yang nantinya di tulis di kolom komentar. Dengan sangat saya membutuhkan jawaban uneg-uneg dari mas-mas atau mbak-mbak..... Terima kasih sebelumnya .... 


Wassalam

No comments:

Post a Comment